Dalam pembuatan film, terdapat 3 tahap yang harus dialami dan dilakukan oleh sineas, yaitu pra produksi, produksi dan juga pasca produksi.
Dan dalam semua tahap itu, haruslah dilakukan dengan rinci dan tanpa melewatkan unsur-unsur yang ada. Ada pun tahap yang tidak boleh terlewatkan adalah tahapan pasca produksi.
Dimana, dalam tahap ini dilakukan penggabungan dan pemotongan dari video atau gambar yang telah diambil oleh kameramen pada saat proses produksi atau yang disebut editing film. Tahap ini dilakukan oleh seorang yang melakukan kegiatan mengedit atau disebut dengan editor.
Editor bertugas untuk mengolah, memilih dan juga merangkai video yang telah diambil. Sineas menyadari bahwa tahapan ini memberikan pengaruh yang kuat sebagai pemanipulasian ruang dan waktu, dengan diberikan sentuhan teknik dalam proses mengeditnya.
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai editing film, akan lebih baik jika kita mengetahui dan mempelajari pengertian dari editing itu sendiri.
Editing dapat didefinisikan sebagai tahapan dimana dilakukannya proses pemilihan serta penyambungan gambar yang telah diambil.
Adapun dalam film, definisi editing setelah filmnya selesai atau siap untuk ditonton adalah teknik yang digunakan untuk menghubungkan setiap shot yang ada.
Pengertian Editing

Para sineas memiliki banyak sekali ruang yang digunakan untuk menghubungkan shot dalam sebuah film, entah itu dalam bentuk ritmis, grafis, temporal dan juga spasial. Bukan hanya itu, sineas juga memiliki hak penuh untuk dapat melakukan dan memiliki bentuk transisi yang akan digunakan sesuai dengan tuntutan naratif dan juga estetik yang diinginkan.
Jika ditinjau dari aspek temporal, editing ini terbagi menjadi dua jenis yaitu editing diskontinu dan editing kontinu.
Editing diskontinu adalah perpindahan shot dengan adanya pelompatan waktu. Begitu pula sebaliknya, editing kontinu adalah perpindahan shot secara langsung tanpa terjadi pelompatan waktu
Bentuk Editing

Dalam proses editing, terdapat 4 bentuk yaitu fade it/out, wipe, cut dan juga dissolve. Adapun bentuk yang sering digunakan dan dipakai adalah cut, yaitu menggunakan transisi shot secara langsung.
Sementara itu, dissolve, wipe dan juga fades ialah transisi shot secara bertahap. Cut biasanya digunakan untuk editing kontinu dan diskontinu. Adapun wipe, fades dan juga dissolve digunakan untuk editing diskontinu.
Sebenarnya selain empat bentuk itu, terdapat bentuk lainnya, namun sangat jarang digunakan. Berikut adalah penjelasan dari cut, wipe, dissolve dan juga fades.
1. Cut
Cut ialah transisi shot ke shot yang lainnya secara langsung. Sehingga dalam shot ini, shot A langsung berubah ke shot B. Biasanya cut ini yang paling sering digunakan dan paling umum. Memiliki sifat yang sangat fleksibel yang akan mempermudah untuk editing kontinu atau pun diskontinu.
2. Wipe
Wipe ialah sebuah transisi shot dimana sebuah shot akan bergeser atau menyapu ke arah kanan, kiri, bawah dan atas atau pun lainnya sehingga akan berubah menjadi shot baru. Shot yang terputus waktu tidak berselisih jauh atau selang beberapa menit dapat diatasi dengan menggunakan teknik ini.
Baca juga: Setting dalam produksi film
Dalam pembuatan film, wipe tercatat sebagai transisi yang jarang sekali digunakan dalam proses mengedit. Adapun terdapat dua sineas yang sering menggunakan transisi ini untuk mengedit film yang dibuatnya sebagai gaya sinematiknya. Yaitu Kurosa dan juga George.
3. Dissolve
Dissolve ialah transisi shot dimana gambar pada shot sebelumnya selama beberapa detik tertumpuk dengan shot setelahnya. Untuk sesaat bayangan dari shot A akan bertumpuk dengan bayangan shot B. Shot ini sama seperti shot fade, dimana biasanya digunakan untuk melakukan perpindahan shot yang terputus waktu dengan signifikan misalnya saja seperti pergantian jam, hari dan juga seterusnya.
Hanya saja, jika dibandingkan dengan fade, dissolve biasanya akan memperlihatkan sebuah perubahan waktu yang lebih cepat. Maka dari itu, transisi yang dihasilkan akan lebih halus, dan biasanya dissolve ini akan digunakan sebagai petunjuk untuk perubahan waktu dengan sebuah latar yang sama yang bertujuan untuk menghindari jump-cut serta sebagai teknik grapic match.
4. Fade
Fade ialah transisi shot secara bertahap, dimana gambar secara perlahan akan berubah menjadi warna gelap hingga semua frame akan berubah menjadi warna hitam dan saat gambar mulai muncul, shot akan berganti.
Biasanya, fade ini digunakan sebagai upaya untuk memindahkan shot yang terputus waktu dengan batas yang cukup signifikan. Misalnya saja pada pergantian hari, bulan, bahkan tahun.
Fade terbagi menjadi dua jenis, yaitu fade in dan juga fade out. Kedua jenis tersebut biasanya digunakan untuk membuka dan menutup sebuah adegan dalam sebuah film.
Pada fade in, biasanya digunakan untuk membuka adegan dimana sebuah intensitas gambar akan menjadi lebih terang. Sedangkan, fade out untuk menutup adegan, dimana sebuah intensitas gambr akan berubah menjadi lebih gelap.
Baca juga: Pencahayaan dalam pembuatan film
Aspek Editing

Dalam proses editing film, terdapat beberapa aspek yang biasanya digunakan dan juga untuk mengontrol sebuah hasil film. Aspek ini diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Kontinuitas Grafik
Aspek ini terbentuk karena adanya unsur mise-en-scene dan juga sinematografi dimana dalam hal ini bentuk, warna, pergerakan, kostum, set, tata cahaya dan lain sebagainya sangat berpengaruh dan dibutuhkan.
Dalam aspek ini, sebuah transisi shot akan diperlihatkan dengan melalui beberapa teknik graphic match, yaitu melibatkan antara transisi dari dua buah shot yang berbeda tetapi memiliki sebuah komposisi visual yang serupa.
Dissolve, ialah teknik yang biasanya digunakan dalam grapich match untuk menunjukkan sebuah transformasi shot dengan cara gradual. Selain dissolve, transisi cut juga sering digunakan dalam grapich match.
2. Aspek Ritmik
Dalam aspek ritmis, durasi dalam setiap shot akan memiliki pengaruh tersendiri. Durasi ini akan berhubungan dengan durasi shot sebelumnya dan juga setelahnya, hal ini akan mempermudah dalam mengontrol ritme dalam sebuah editing yang sesuai dengan tuntutan naratif serta estetik.
Panjang atau pendeknya sebuah durasi shot tergantung dari kebutuhan dan keinginan sineas, entah semakin pendek ataukah semakin panjang. Karena semakin pendek durasi shot akan memberikan dampak tempo yang cepat, dan semakin panjang durasi shot, akan memberikan dampak tempo yang lama dan juga lambat.
Pengaturan ritme editing ini tergantung dari pergerakan karakter dalam sebuah mise en scene, ritme suara (lagu dan musik), dan juga posisi serta pergerakan kamera.
3. Aspek Spasial
Aspek spasial ini adalah aspek yang memungkinkan sineas untuk memanipulasi sebuah ruang. Misalnya saja dalam film Kung Fu Panda II, adegan pertarungan yang dilakukan di atas balok kayu. Penggunaan teknik ini akan secara efektif untuk mempermudah dalam pengambilan gambar. Sehingga dengan cara seperti itu, penonton tidak akan sadar bahwa adanya pemanipulasian dalam shot tersebut. Hal ini akan berimbas dan berefek pada feel yang akan dirasakan penonton, sehingga rasa tegang dari penonton tidak akan terkurangi saat menonton adegan tersebut.
4. Aspek Temporal
Adapuna aspek temporal dibagi menjadi 3 bagian yakni diantaranya:
a. Editing Kontinu dan Diskontinu
Penggunaan editing kontinu dan juga diskontinu biasanya digunakan sebagai teknik editing pemanipulasian waktu dalam sebuah cerita. Editing kontinu ialah editing temporal, dalam hal ini dapat berupa waktu yang tak terputus. Dan biasanya digunakan pada adegan yang memiliki latar dan ruang yang sama. Teknik editing kontinu ini juga bisa dilakukan sebagai penghubung antara dua atau lebih aktifitas berbeda yang saling berhubungan, misalnya saja orang yang sedang bercakapan melalui telepon.
Sedangkan editing diskontinu ialah editing yang memiliki lompatan waktu dalam ceritanya. Penggunaannya dapat dilakukan mulai dari menit, jam, hari, tahun dan juga seterusnya.
Hal ini juga dapat kita temui pada teknik kilas-balik dan juga kilas-depan. Adapun teknik yang sering digunakan dalam editing diskontinu ini seperti fade, cut, dissolve dan juga wipe.
b. Elliptical Editing
Elloptical editing ini biasanya digunakan sebagai teknik untuk memanipulasikan waktu secara singkat, seperti mempersingkat waktu sebuah peristiwa atau pun aksi dengan menggunakan teknik elliptical editing ini.
Misalnya saja, kita sering menjumpai adegan film, dimana ketika pagi hari seorang anak hendak berangkat sekolah, dan di shot selanjutnya, seorang anak tadi sudah berada di dalam sekolahnya hanya dengan menampilkan dua shot saja.
Padahal, jika hal ini dilakukan di dunia yang sebenarnya, maka akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sampai ke sekolahan. Teknik inilah yang dimaksud dengan elliptical editing.
c. Overlapping Editing
Overlapping editing ini merupakan teknik editing yang mampu untuk memanipulasi sebuah waktu dengan melalui pengunaan sebuah aksi yang sama dalam sebuah adegan.
Teknik ini sering digunakan dalam film aksi Hong-Kong yang digunakan dengan mempertunjukkan secara rinci sebuah adegan dengan pengambilan sudut yang berbeda. Jika anda pernah menonton film karya jacky Chan, maka anda akan menemukan teknik yang satu ini.
Baca juga: Unsur naratif dan sinematik dalam film
Editing Kontinuiti

Editing kontinuiti ialah sistem pengambilan sebuah gambar sebagai pemastian bahwa rangkaian gambar yang diambil memiliki kesinambungan antara satu shot dengan shot yang lainnya.
Sejak awal perkembangannya, sineas telah paham bahwa terdapat cara untuk mengatur shot-shot sehingga mampu diterima oleh penonton dan tidak membingungkan dengan memperhatikan sebuah penuturan naratif yang jelas dan juga koheren.
Penggunaan teknik ini pun juga harus sesuai dengan aturan yang telah dibuat dan disepakati. Aturan tersebut diantaranya :
1. Aturan 180 derajat
Aturan inilah yang sampai sekarang masih dipakai dan menjadi aturan baku dalam sebuah produksi film. Dalam aturan ini, posisi dari kamera dilarang untuk melewati batas garis sebuah aksi ketika melakukan transisi shot (cut) yang dilakukan.
Garis 180 derajat ini juga disebut sebagai garis aksi yaitu sebuah garis imajiner yang memiliki arah sama dengan arah aksinya. Aturan ini akan menentukan telak posisi kamera dan ketika sudah diletakkan maka tidak boleh untuk dilewati, karena garis imajiner ini nantinya akan digunakan sebagai transisi gambar.
Tujuan dari aturan ini yaitu, untuk mempermudah dalam menghindari kesalahan mendasar, tanpa harus memikirkan lebih jauh mengenai pelet akan kamera, setting atau pun pergerakan karakter.
Aturan ini juga tidak boleh untuk dilanggar, karena jika dilanggar maka akan sangat mungkin terjadi disorientasi bagi penonton. Fungsi dengan diterapkannya aturan 180 derajat ini tidak lain tidak hal adalah :
a. Agar posisi obyek atau karakter selalu konsisten
Ketika sebuah shot diambil dari posisi yang berbeda, misalnya A, B, dan C, maka posisi dari karakter ini tidak akan berubah jika nanti akan dilakukan transisi shot. Tokoh A akan tetap di sebelah kiri dan tokoh B akan selalu berada di sebelah kanan.
b. Agar garis mata selalu konsisten
Ketika shot diambil dari posisi yang berbeda, seperti posisi A, B, dan C, maka arah pandang dari sebuah karakter juga tidak akan berubah jika nantinya akan dilakukan transisi shot. Tokoh A akan tetap menghadap ke kiri dan tokoh B akan tetap menghadap ke arah kanan. Sehingga penonton akan selalu beranggapan bahwa kedua tokoh tersebut akan selalu berhadapan.
c. Agar Screen directing selalu konsisten
Hubungan sebuah arah ke kiri dan kanan dalam adegan yang ditentukan oleh arah pandang, posisi dan juga pergerakan disebut sebagai screen directing. Dalam hal ini, kamera yang mengikuti aturan 180 derajat akan selalu konsisten walaupun mereka bergerak maju maupun mundur.
2. Shot/Reverse-Shot
Penggabungan dari dua shot atau lebih dengan membedakan posisi karakter, itulah yang disebut sebagai shot/reverse-shot. Dalam hal ini biasanya terdapat dua karakter, dimana karakter pertama menghadap ke arah kanan dan karakter kedua menghadap ke arah kiri.`
3. Point of View (POV) Cutting
POV atau point of view ini sekilas hampir sama dengan eyeline match, namun yang membedakan adalah pada shot kedua akan memperlihatkan objek dari arah pandangan sang karakter.
Penonton akan melihat sama persis seperti apa yang dilihat oleh karakter tersebut dengan arah pandangnya. Bagi anda yang melihat film spionase dan juga perang, maka anda akan menjumpai teknik ini.
Adegan yang biasa digunakan seperti memperlihatkan POV shot dari periskop kapal selam, teropong atau pun senapan penembak jitu.
4. Establishing Shot
Penggunaan jarak yang terbilang cukup jauh atau long shot, dengan menampilkan sebuah hubungan antar tokoh, latar dan juga objek disebut sebagai establishing shot.
Pada shot ini, akan memperlihatkan sebuah kondisi atau situasi secara luas dan akan terlihat seluruh bagian latar yang ingin ditampilkan beserta isinya. Teknik ini biasanya digunakan di area atau tempat yang cukup luas, misalnya saja kegiatan upacara di sekolah, pesta di hall dan masih banyak lainnya.
Baca juga: Jenis-jenis film
Dengan menggunakan establishing shot ini, maka isi dari ruangan, tokoh utama, tokoh pendukung dan beberapa objek penting lainnya akan terlihat.
5. Cut-in
Sebuah trasisi yang dimana jika transisi tersebut digunakan, akan memperlihatkan jarak shot yang jauh dengan shot yang lebih dekat dalam ruang waktu atau sudut pengambilan gambar yang sama, maka disebut sebagai cut-in.
Biasanya, penggunaan shot ini akan memperlihatkan sebuah establishing shot yang nantinya akan disusul dengan medium shot atau pun close up dalam lingkup waktu dan ruang yang sama.
Penggunaan teknik ini akan memberikan kesan sebagai penegas sebuah wajah karakter.
6. Eyeline Match
Teknik yang melibatkan perpindahan shot yang selalu digunakan dalam semua adegan dalam film ini disebut sebagai eyeline match. Terlebih lagi shot/reverse-shot ini selalu menggunakan teknik eyeline match, hal ini dikarenakan kedua teknik tersebut memiliki prinsip yang sama.
Seperti halnya ketika seorang karakter sedang menatap lawan bicara nya ke arah kiri, maka shot pada lawan bicara nya akan memiliki sebuah isyarat bahwasanya karakter tersebut berada di sebelah kiri.
7. Crosscutting
Serangkaian shot yang memperlihatkan dua aksi peristiwa atau pun lebih dengan menggunakan aplikasi yang berbeda dan dilakukan secara bergantian disebut sebagai crosscutting.
Penggunaannya biasanya akan banyak dijumpai pada adegan yang berlangsung srimultan yang terjadi pada saat yang bersamaan. Dengan menggunakan teknik ini, maka akan memberikan beberapa kondisi dan informasi yang berbeda dalam waktu yang sama.
Untuk menambah unsur ketegangan, penggunaan crosscutting ini sangat cocok digunakan pada adegan klimaks. Atau pun ketika hendak menceritakan dua tokoh atau lebih, maka teknik ini dapat digunakan untuk menggambarkan informasi ceritanya.
8. Match on Action
Perpindahan antara shot satu dengan shot yang lainnya dengan menggunakan arah atau sudut yang berbeda dan memperlihatkan sebuah aksi yang berurutan dalam sebuah gerakan yang sama dinamakan sebagai match on action.
Biasanya, teknik ini kerap sekali digunakan dalam adegan yang cepat seperti pertarungan dan juga kejar-kejaran. Teknik ini memungkinkan sineas untuk melanggar aturan 180 derajat, karena pergerakan yang dilakukan objek terlalu cepat.
Seperti halnya ketika aksi kejar-kejaran ketika seorang perampok yang sedang dikejar oleh warga. Maka, shot akan mengalami banyak perpindahan kiri dan kanan secara bergantian. Hal ini menyebabkan latar dalam shot akan berbeda-beda tergantung pengambilan gambarnya.
Dalam penggunaan match on action ini, pelanggaran aturan 180 derajat bukanlah hal yang dilarang untuk dilakukan.
9. Montage Sequence
Sering disebut sebagai montage, yang berartikan sebuah rangkaian shot dimana mampu untuk menunjukkan sebuah rangkaian peristiwa dari waktu ke waktu. Penggunaannya biasanya menggunakan beberapa teknik seperti dissolve, wipe, fade bahkan superimpose.
Bukan hanya itu, untuk menunjukkan sebuah peristiwa dari masa ke masa atau pun perkembangan aksi dengan penggambaran yang singkat montage ini adalah teknik yang tepat untuk digunakan.
Misalnya saja untuk menjelaskan perjalanan karir seseorang, untuk menjelaskan sebuah pertandingan olah raga hanya dalam beberapa menit saja.
Penggunaan ilustrasi musik atau lagu akan membuat kesan yang menarik untuk montage ini. Dengan berhentinya musik, maka montage pun akan ikut berhenti. Musik yang digunakan juga mengikuti dan disesuaikan dengan isi dari segmen montage tersebut.
Editing Diskontinuiti

Ketika para sineas ingin menuturkan sebuah cerita yang jelas dan koheren, maka tipe editing yang paling dominan untuk digunakan yaitu editing diskontinuiti.
Namun, dalam penerapan editing ini, para sineas melanggar beberapa aturan penting dalam pembuatan film, seperti peraturan 180 derajat secara spasial, grafik dengan sistematik dan juga temporal.
Para sineas melakukan semua itu bukan karena ketidaktahuan, namun mereka melakukan dengan kesadaran diri dan karena memang disengaja. Untuk lebih lanjutnya berikut penjelasan mengenai editing diskontinuiti.
1. Pelanggaran aturan 180 derajat
Seperti yang telah saya jelaskan di atas, bahwa aturan 180 derajat ialah aturan baku dalam pembuatan film. Namun, bukan hal yang tidak mungkin jika sineas melanggar aturan tersebut karena adanya beberapa motivasi tertentu.
2. Jump-Cut
Jump cut, ialah pelompatan gambar dari sebuah rangkaian shot yang disebabkan karena adanya perubahan posisi karakter atau obyek dengan latar yang sama maupun sebaliknya.
Pemakaian jump cut ini akan memberikan efek bahwa karakter atau obyek yang berpindah posisi atau berpindah lokasi terkesan mendadak.
Biasanya, teknik ini adalah teknik yang dihindari oleh sineas karena akan memutus hubungan kontinuitas secara menyeluruh. Namun, bukan hal yang tidak mungkin jika ada beberapa sineas yang melakukan teknik ini dengan sengaja.
Bahkan, saat ini teknik jump-cut banyak sekali digunakan, bahkan tidak dianggap lagi sebagai teknik yang tabu.
3. Nondiegetic Insert
Teknik nondiegetic insert memiliki makna dimana adanya penyisipan shot, dimana shot tersebut tidak memiliki kesinambungan dengan unsur ruang dan waktu dalam cerita filmnya. Penggunaan shot ini biasanya digunakan dengan tujuan dan maksud tertentu.
Semakin ke sini, teknik ini semakin jarang untuk digunakan. Namun, masih juga ada beberapa sineas yang menggunakan teknik ini untuk menyelipkan makna dan jua tujuan dengan simbol dan arti tertentu.
Baca juga: suara dalam pembuatan film
Itulah artikel mengenai dunia seputar editing. Selain beberapa hal di atas, ada banyak sekali fungsi dan teknik teknik yang ada dalam dunia editing. Namun hal tersebut akan mampu untuk dikuasai jika Anda sering melakukan praktek dan mempelajari banyak teori.
Video Pembelajaran Mengenai Editing Dalam Video
Jika dengan pembahasan di atas kamu belum juga paham, simak video berikut ini agar kamu lebih memahami apa itu editing dalam film dan apa saja yang perlu diperhatikan.
Mungkin itu saja pembahasan mengenai edditing dalam film. Semoga dengan adanya artikel ini dapat membantu menambah pengetahuan Anda mengenai dunia perfilman.
Semoga sukses … TQ penjelasannya
Terima kasih banyak kak, Aamiin